Minggu, 07 Mei 2017

Berdamai dengan masa lalu agar menjadi orangtua bahagia

📚Materi Kuliah Whatsapp Rumah Main Anak 📚
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

*BERDAMAI DENGAN LUKA MASA LALU AGAR MENJADI ORANGTUA BAHAGIA* 💜
.
Emosi itu menular, orangtua yang memendam amarah, akan besar kemungkinan memarahi anaknya, sedang orangtua yang bahagia, akan besar kemungkinan untuk membahagiakan anaknya.
.
Pola asuh yang dialami kita dan pasangan, akan sangat berpengaruh pada bagaimana kita mengasuh anak-anak kita. Misal ayah atau ibu yang bersikap keras, biasanya juga mendapat perlakuan yang serupa dari ibunya lagi. Tapi biasanya perlakuan seorang nenek/ kakek pada cucunya, berbeda lagi, tidak sekeras pada anaknya. Karena rasa sayang seorang nenek/ kakek sama cucu, justru cenderung lebih lembut, karena setelah tua biasanya mulai menyesali berbagai tindak kekerasan yang dulu pernah dilakukan pada anaknya.
.
Tentu, sebagai orangtua yang belajar, yang mendapat akses ilmu parenting, ilmu agama dan berbagai ilmu lainnya; tak seperti orangtua kita dahulu, tentu sebaiknya kita berbeda. Setidaknya berusaha memutus rantai trauma agar tak terlampiaskan dan menular pada anak.
.
Setiap orang punya trauma. Tapi setiap orang berbeda-beda dalam; meresponnya, menghadapinya, menyembuhkannya, bahkan berbeda merasakan dampaknya. Mungkin bagi si A traumanya biasa saja dan tak begitu dimasalahkan. Tapi bagi si B trauma nya boleh jadi sulit sekali untuk ia hadapi; jangankan memaafkan, menerima saja belum tentu bisa. Itulah kenapa kita tidak boleh men-generalisir dan menyamaratakan perbedaan respon setiap orang, akan traumanya masing-masing. Ada yang mungkin biasa tapi memendam dalam, ada yang responnya lebay tapi sebenarnya dangkal, ada juga yang bisa lebih tenang berproses tanpa penolakan.

Seperti kata guru saya Abah Ihsan, karena menjadi orangtua tidak ada sekolahnya, biasanya kebanyakan orang saat menjadi orangtua akan berbekal pada 2 hal. Yang pertama warisan, itu artinya yang ia dapatkan, alami, dan pelajari khususnya dari bagaimana melihat orangtuanya mendidik ia. Yang kedua adalah trial dan eror, karena tidak tahu ilmunya maka melakukan berbagai percobaan dalam merespon tingkah anak-anak. Sayangnya, anak-anak bukan bahan percobaan kita. Seperti kata Bu Elly Risman bahwa kita diutus Allah sebagai baby sitter bagi anak-anak.
.
Untuk  yang pertama, cara warisan ini bisa diputus mata rantai yang kurang baiknya, melalui proses berdamai dengan diri sendiri. Berdamai dengan inner child kita, menyelesaikan "unfinished bussiness" yang masih merongrong diri kita, yang membuat kita seringkali jatuh pada pola yang sama, dan berulang.
.
*1. Proses penerimaan.*
Kita bisa coba berpikir mendalam, coba membuat list memori yang masih terekam, yang boleh jadi menyakitkan. Momen momen apa saja yang pernah dirasakan dan itu masih merasa sakit banget. Atau bahkan ada momen yang bagi kita di masa sekarang sebenarnya sepele saja, tapi itu menjadi akar masalah bagi innerchild diri kita. Tulis sebanyak apapun, yang diingat oleh memori kita.. Sambil dituliskan bagaimana perasaan saat itu. Baik ya sih nggak sampai di postinh ya, karena ini bisa jadi writing theraphy, dan menularkan emosi negatif pada orang lain.

*2. Proses Bersyukur.*
Meski belum menerima dengan utuh, tapi boleh juga untuk mencoba membuat list lagi, berbagai hikmah kebaikan yang kita rasakan. Hikmah baik yang merupakan dampak karena kita memiliki luka atau trauma tersebut. Misal jadi lebih tangguh, lebih mudah bersosialisasi, lebih aware pada pendidikan anak, lebih aware untuk terus belajar meski sudah jadi orangtua, dan lain sebagainya. Percaya atau tidak, hal ini akan lebih memuluskan proses penerimaan, karena kita dilatih untuk senantiasa berpikir positif.

*3. Proses Pemaafan.*
Mungkin ini proses yang nggak mudah, untuk beberapa orang. Idealnya proses ini dilakukan "face to face" dengan ngobrol ringan sama orangtua, intinya curhat secara langsung. Yakin deh kalau kita nya sudah menikah dan jadi orangua, ngobrol sama mereka terbuka itu akan lebih mengalir, dan efeknya akan sangat melegakan. Memudahkan diri kita bisa setulus hati memaafkan mereka, tanpa menyisakan berbagai luka. Berbuah pemakluman pada orangtua kita. Karena setiap orangtua, pasti mencintai anak-anaknya. Setiap orangtua pasti selalu melakukan yang terbaik untuk anak-anaknya, versi dirinya.
.
Untuk lebih jelas dan lengkapnya mengenai proses ini, boleh baca di buku *RUMAH TANGGA SURGA*, atau kalau ada yang mau ditanyakan, boleh diajukan dalam kulwapp yang akan kita lakukan bersama di komunitas Rumah Main Anak.
.

Bandung, Mei 2017
*Foezi Citra Cuaca Elmart*

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

*Follow US :*
FP FB: Rumah Main Anak
IG: @rumahmainanak
Web: rumahmainanak.org

Tidak ada komentar: